Yang dihafal ada saatnya lupa, yang ditulis akan abadi..

Thursday, April 20, 2017



Di angka yang ke sembilan belas..
Tlah ku ungkapkan semuanya..
Semua yang duu pernah mengganjal hati..
Namun semua tlah tersampaikan sekarang..
Dalam sunyinya malam..
Yang hanya ramai kumandang takbir..
Menggema menyambut hari kemenangan..
Saat semua ummat kembali fitri..
Hal yang kusiratkan kepadamu..
Sebuah kejuuran yang nyata..
Tanpa paksa..
Tidak direkayasa..
Dan tanpa manipulasi rasa..
Setulus hati coba lontarkan..
Kata demi kata..
Kalimat demi kalimat..
Meski penghubung tiada mendukung..
Tapi tetap hati ini memaksa masuk..
Karena hari ini saatnya aku..

Karena kesempatan yang diberikan..
Saat raga ini masih diijinkan..
Karena mulut ini masih diberi keleluasaan..
Saat tutur masih berucap..
Kepadamu ku sampaikan..
Kepadamu ku limpahkan..
Kepadamu mulut ini berkata..
Sungguh tiada pernah diri berdusta..
Segala hanya isi hati semata..
Tak tahu benar atau salah..
Kuterima pengakuanmu..
Begitupun kau terima pengakuanku..
Meski kudengar begitu, tak masalah..
Diri ini tetap yakin satu..
Di sajak angka sembilan belas ini..
Telah kusampaikan..
Ku kan menunggu keyakinan itu..
Entah sampai kapan, kepadamu..
27 september, kepadamu hati kulabuhkan..


19th of August 2012
00.00-03.00



Maz

Thursday, March 23, 2017

Kala itu langit tak berucap sepatah katapun
Melainkan ia utus seseorang datang kepadaku
Kamu adalah jawaban atas pertanyaan tempo hari
Ketika hatiku berkata bahwa aku butuh seseorang
Ketika hatiku sunyi
Kamu hadir mengisi di sela-sela kesunyian ini
Ada luka yang membuat aku enggan melangkah
Rindu yang buat aku gundah
Pilu yang membuat malam-malamku resah
Kamu
Hadir membawa sebuah nama dimana doaku selalu menyebutnya
Dan aku jatuh cinta, Padamu yang kembali menghidupkan rindu dan resah dengan cara yang berbeda
Rindu dan resah yang selalu kucari, Yang selalu kucari lagi agar dapat kurasa
Rindu dan resah yang menghadirkan damai mengingatnya
Kamu
Tautan kasih sayng yang terindah
Terjalin, terangkai mengakar tepat di jantung hatiku
Tak perlu terucap dan tak pula tersurat
Ketika tiba-tiba semuanya hadir , mengalir sampai nadi mengingatku
Seiring langkah kita bersama
Kamu
Adalah sahabatku adalah saudaraku, Penemuan terbaikku
Kau tiba-tiba lantas bersama membawa luka, tak habis pikir aku dibuatnya
Keindahan menorehkan jelaga
Layaknya hitam yang jatuh di secarik kertas putih lusuh tak berdaya
Semua adalah sadiwara
Semua sandiwara yang nyata untukku dan engkau adalah sutradaranya
Kau permainkan aku bagai pion yang hanya mampu melangkah ke depan
Aku harus menangisi belati yang menusu bertubi-tubi di hati
Dan aku tak tahu harus kemana
Jika tempat bersandarku adalah ternyata menjadi sangkar deritaku
Jika tempatku menangis adalah sumber tangisku
Dan tempatku berpijak tak memberikanku tempat untuk jejajakan kaki
Dalam sekejap kau lemparkan aku kembali ke bumi
Menjajarkan luka-luka dan menyiramnya dengan cuka
Dan dalam sekejap pula aku berlari menepi
Masih kepadamu langkahku tertuju
Ingin aku pindahkan langkah ini pada jalan yang lebih baik
Tapi kenapa jalanmu selalu menuntunku kembali pulang
Dan masih kepadamu langahku tertuju
Membuka pintu maaf menggulung semua tangis dan luka
Dan kemudian menyembunyikannya
Masih kepadamu, sayangku tertuju
Kamu, ya benar masih selalu kamu
Karena lukaku yang sesungguhnya karenamu

Dan jangan lagi kamu yang kan menjadi alasan di balik semua lukaku